Di sebuah sudut kota yang ramai, suara klakson kendaraan bersahutan. Di trotoar yang sempit, terlihat sosok Pak Lajoni, seorang penjual koran yang setia menawarkan dagangannya kepada para pengendara. Dengan kaki yang terlihat bengkak dan tubuh yang penuh dengan semangat, ia terus berusaha menyambung hidup meskipun fisiknya tidak sempurna. Pak Lajoni adalah seorang difabel. Kaki kanannya mengalami pembengkakan besar, menyulitkannya untuk berjalan. Namun, keterbatasan itu tak pernah membuatnya menyerah. Setiap hari, ia berjalan tertatih-tatih menyusuri jalanan dengan tumpukan koran di tangan. Di tengah cuaca yang panas maupun hujan, ia tetap hadir, berharap ada yang membeli korannya untuk membantu keluarganya.
Ketika berbicara, matanya memancarkan harapan yang besar. Ia bercerita dengan penuh keyakinan bahwa setiap rezeki sudah ada jalannya. Meskipun penghasilannya tak seberapa, ia tak pernah meminta-minta. Baginya, bekerja keras adalah bentuk syukur atas hidup yang masih diberikan Tuhan. Di dalam rumah kayu sederhananya, terlihat perjuangannya yang lain. Dengan perlengkapan seadanya, ia tetap menjaga kebersihan dan kerapian tempat tinggalnya. Tak jarang, senyumnya merekah ketika berbincang dengan anak-anak yang bermain di dekat rumahnya. Bagi mereka, Pak Lajoni adalah simbol kegigihan.
Kisah Pak Lajoni adalah pengingat bagi kita semua. Hidup seringkali tidak mudah, tetapi semangat dan usaha untuk terus berjuang membuat segalanya lebih berarti. Mungkin, kita tidak bisa mengubah semua kesulitan yang ia hadapi. Namun, uluran tangan kita, sekecil apa pun, bisa menjadi pelita yang meringankan langkahnya.
Mari kita bantu Pak Lajoni, bukan hanya dengan membeli korannya, tetapi juga dengan berbagi rezeki yang kita miliki. Karena kebaikan sekecil apa pun akan menjadi harapan besar bagi mereka yang membutuhkan.
Belum ada Fundraiser