Kulit keriput dan mata yang tak bisa melihat menceritakan kisah wanita paruh baya berusia 54 tahun, ia adalah Mbah Paining, yang berjuang menghidupi orang tuanya yang tak memiliki jaminan bahagia di masa tuanya untuk bisa makan dan hidup dengan layak. Sehari-hari ia pergi ke hutan untuk mencari kayu tanpa mengenal lelah demi bisa membeli beras dengan menjual hasil kayu yang ia dapat.
Saat ini Mbah Lasemi tinggal di rumah yang berada di dalam hutan. Rumah tersebut hanya sebuah gubuk sederhana yang sudah cukup reyot, bahkan beberapa bagian rumah tersebut telah berlubang dan penuh dengan tambalan.
“Ditambal, soalnya takut kalau ada ular masuk,” ujarnya.
Guna mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari, mbah bekerja di hutan untuk mencari kayu. Dengan tertatih ia berjalan menyusuri pepohonan hutan, dengan tangan keriputnya yang gemetar ia dengan gigih menebang kayu.
Dikala kayu sudah terkumpul, mbah biasanya menawarkan ke desa yang berjarak 13 km dari rumahnya. Itupun mbah hanya menawarkannya kemudian si pembeli akan mengambilnya ke rumah mbah, sebab mbah tidak mampu untuk membawa kayu yang cukup banyak.
Seringkali mbah harus menunggu hingga 5 hari supaya kayu tersebut terjual. “Alhamdulilah nak, mbah bersyukur masih bisa makan, meski hanya dengan nasi dan garam saja”.
Selain mencari dan menjual kayu, mbah juga tak jarang menjual nasi karak/aking sebagai tambahan penghasilan sehari-harinya.
Sungguh, dengan sangat lahap mbah ketika makan meski hanya dengan nasi dan garam, itupun adalah nasi sisa kemarin yang dengan sengaja beliau simpan untuk makan besok harinya. Tak jarang mbah menahan laparnya hanya dengan minum banyak dan mengikat perutnya.
Sobat Mulia, meski ditengah keterbatasan, mbah tidak pernah berputus asa untuk berjuang.
Belum ada Fundraiser
Menanti doa-doa orang baik