“Saat berdoa, saya bertanya kepada Tuhan kenapa hidup saya sepahit ini,,??”
Sembari duduk ditrotoar jalan raya Pak Kharifin beserta Ibu Wahyuni Istrinya dan anaknya yang masih berusia 10 Tahun. Beliau merenung dan meratapi nasib yang malang sambil menunggu Pembeli datang.
Berjualan perabotan Rumah Tangga seperti meski untungnya tak seberapa yang penting cukup untuk makan. Tak menyerah demi keberlangsungan Hidup keluarga kecil pak Kharifin, Berjalan kaki dari rumah mulai pagi hari sampai sore tak jarang sampai malam hari Pak Kharifin mengelilingi jalanan Kota Bersama Istri dan Anaknya.
“Ikhsan (anak beliau) kebetulan sekarang sedang liburan semester jadi Iksan ikut keliling, biasanya setiap pagi dia Sekolah hanya pas ketika libur saja Ikhsan mau ikut berjualan” kata pak Kharifin
Ikhsan anak semata wayang pak Kharifin dan Ibu Wahyuni kini sudah duduk dibangku Sekolah Dasar, tak jarang dia sepulang sekolah menyusul Bapak Ibunya berjualan.
“Saya senang ikut berjualan bapak dan ibu bisa membantu dan menemani mereka, sambil saya yang menuntun bapak di depan gerobak agar lebih aman,. Karena jalan raya ramai sekali jika siang hari” Ucap Ikhsan
Ikhsan jadi kompas kemana harus berjalan dan kapan harus berhenti sekedar berteduh atau untuk mangkal dagangannya. Karena Pak Kharifin memiliki kekurangan dalam Penglihatan mata beliau begitupun juga dengan Ibu Wahyuni.
Kesederhanaan membuat keluarga mereka harmonis meski dengan segala kekurangan mereka tetap memiliki keinginan untuk mencerdaskan anaknya “Ïkhsan” layaknya orang tua pada umumnya.
Pak Kharifin juga sangat menginginkan untuk merenov rumah meraka, karena kondisi yang sudah bolong-bolong baik atap maupun dindingnya. Namun tak jarang keinginan itu surut karena penghasilan yang dapat dari berjualan Perabotan Rumah Tangga tak seberapa, tak cukup jika untuk ditabung dan hanya cukup untuk makan sehari-hari saja.