Di tengah belantara sunyi yang hanya bersahabat dengan desir angin dan nyanyian jangkrik, seorang lansia renta mencoba bertahan. Namanya Mbah Tukijo, tubuhnya kurus dan sempoyongan, nyaris ditelan usia dan kesendirian. Ia tinggal seorang diri di ujung hutan, jauh dari hiruk-pikuk kehidupan, jauh pula dari bantuan tetangga.
Setiap hari, mbah memanggul beban hidup dalam arti sesungguhnya—mengais kayu bekas di tengah rimba, hanya untuk ditukar dengan upah tak seberapa: Rp5.000 per ikat.
Tak ada lauk pauk. Tak ada nasi hangat.
Hanya jantung pisang yang digoreng ala kadarnya menjadi penawar lapar yang menusuk.
“Saya kupas jantung pisang, saya goreng pelan-pelan… itu sudah cukup buat saya,” lirih mbah sambil menatap tungku tuanya.
Sejak kedua orang tuanya wafat, mbah Tukijo hidup dalam diam. Tak ada anak. Tak ada teman berbagi cerita. Rumahnya sederhana, tapi sunyinya bisa membuat waktu terasa lebih lambat. Ia duduk termenung setiap sore, memikirkan nasib, menatap langit yang kadang tak memberinya jawaban.
Namun, meski dunia seolah berpaling, Mbah Tukijo tetap ikhlas.
Menjalani hari-harinya tanpa keluhan, walau cobaan terus datang menggulung.
Bantu Mbah Tukijo agar tidak lagi bertarung sendirian di ujung senja.
Sekecil apa pun bantuanmu, bisa menjadi lentera harapan di tengah gelap yang membelenggu hidupnya.
👉 Klik tombol Donasi Sekarang dan salurkan kebaikanmu dengan mudah melalui:
✅ Transfer Bank (BNI / BCA / Mandiri / BSI)
✅ QRIS
✅ E-wallet: DANA, OVO, GoPay, ShopeePay
❣️Setiap rupiah darimu bisa menjadi hangatnya nasi, tempat tidur yang layak, dan semangat baru bagi beliau.