Kasih seorang ibu sepanjang masa tepat ditujukan kepada penjual sayur yang rela jualan 24 jam, sambil membawa anaknya. Padahal beliau cuma dapat untung Rp 1.000/ per ikat sayur. Sehari cuma laku 7 sayuran. Kebayang dapat berapa? Siapa sangka, penghasilannya itu untuk biaya kemoterapi sang anak yang menderita sakit kanker darah.

“Paling sedih waktu itu jam 5 sore, lagi jualan sayur sama anakku, tiba-tiba aku melihat hidung anakku keluar darah. Detik itu juga, nafasnya sesak. Darahnya sampai kena ke daganganku. Aku langsung histeris menangis.
Awalnya, anakku di rumah bilang badannya sakit sekali. Harusnya hari itu kemo, tapi aku gak ada uang buat ke RS. Akhirnya, anakku terpaksa ikut aku jualan. Nak, maafin Ibu belum punya uang buat sembuhkan rasa sakit Basri..” - Bu Hotimah, Ibunya Basri.

Ibu hebat itu bernama Bu Hotimah. Beliau menghabiskan seluruh hidup untuk mendampingi anaknya yaitu Basri yang menderita sakit Leukimia (Kanker Darah).
Kanker darah membuat perut Basri membengkak. Kanker hidup di tubuh Basri selama 2 tahun. Awal mulanya, kepala Basri selalu sakit. Wajahnya kuning, terlihat pucat. Detak jantungnya tidak teratur. Jika dadanya disentuh, dia meringis kesakitan. Dokter mengira, Basri terkena anemia. Namun ternyata, anemia itu berubah menjadi kanker darah.

Setiap pulang dari jualan, Basri merasakan sesak setiap ia tarik dan hembuskan nafas. Sedihnya, Basri selalu bilang, “Ibu, kalau ada darah yang keluar dari hidungku, jangan nangis ya bu. Kalau ibu gak ada uang, gapapa kalo gak ke Rumah Sakit. Nanti Basri pasti sembuh..”

Bu Hotimah, sang ibu juga bercerita perjuangannya untuk pergi ke rumah sakit. Beliau kesulitan membayar transportasi karena mengantarkan Basri membutuhkan biaya yang besar apalagi ditambah obat dengan kondisi keuangan yang pas-pas an. Ayah Basri juga terkena sakit stroke.

“Kalau lagi jualan sayur, Basri tidur di atas pahaku, gak pakai alas. Alas nya cuma cukup buat sayuran. Aku selalu melihat wajahnya sambil menangis dan bertanya, Tuhan kenapa hal ini terjadi kepada anakku?
Bagaimana anakku bisa berdamai dengan kenyataan yang nyaris mengubur semua mimpinya? Pertanyaan itu terus ada di kepalaku. Dia terpaksa gak sekolah, dia harus menahan sakit sambil bantuku jualan… Ya Tuhan, hilangkan kanker dari tubuh anakku..” - ucap Bu Hotimah.

Dari hujan sampai panas terik, Bu Hotimah dan Basri tetap menunggu di atas alas berisi sayuran. Mereka berharap ada satu orang yang menghampiri untuk membeli. Meski langit sudah gelap, Bu Hotimah belum mengantongi uang sepeserpun.
“1 ikat sayur cuma ambil untung seribu mas, sehari laku 7 ikat, kadang sehari gak laku karena sayurnya kering dan layu. Akhirnya, seharian aku sama anakku cuma makan nasi pakai kuah bening dikasih garam, padahal anakku butuh obat.” - ucap Bu Hotimah.

Sahabat, mungkin saat kamu baca ini sedang duduk tenang, sambil menikmati makanan yang lezat. Tapi, disisi lain ada Bu Hotimah yang berjuang di jalanan demi bawa anaknya kemoterapi.
Disclaimer : Merawat Indonesia tidak mewakili dan tidak bertanggung jawab atas segala bentuk informasi pada halaman campaign ini, karena informasi di atas sepenuhnya milik campaigner (penggalang dana).
Belum ada doa sahabat baik, donasi sekarang dan jadilah orang pertama yang memberikan doa