Raut wajahnya terlihat sangat letih namun senyuman nya begitu tulus. Tubuh yang sudah lemah itu terlihat memaksakan untuk kuat. Setelah suaminya meninggal dunia, agar bisa terus menyambung hidup Mbah AMI (87) rela banting tulang berjalan sejauh 20km menjual sayur di pasar.

“Kalau jualan di pasar belum laku, mbah jalan lagi ke tempat lain. Pantang pulang sebelum ada yang beli sayur ini.” Penghasilan berjualannya tentu tidak bisa mencukupi untuk kebutuhan sehari-hari Mbah Ami.

Setelah pasar tutup mbah ami berjalan ke depan toko swalayan untuk melanjutkan jualannya, Mbah Ami sangat kesulitan bahkan untuk makan sekalipun.

Pekerja keras, itulah yang menggambarkan mbah Ami. Namun sayangnya, segala tenaga yang dikeluarkan untuk bekerja tidak sebanding dengan hasil yang didapat. Per hari, Mbah Ami membawa pulang sekitar Rp 3.000 sampai Rp 5.000, pernah juga beberapa kali penghasilannya Rp 0.
Terkadang Sayur Yang di jual Mbah Ami Sudah tak layak, Mbah Ami Cuma bisa mengadu nasib kepada tuhan dan berjuang apakah esok Ia bisa makan atau tidak?

“Yang ini saja gak laku. Mau beli sayuran baru pun uangnya gak ada..sekalinya ada pembeli, pasti uangnya buat makan”, lanjut mbah Ami.
Berjualan dari pagi sampai matahari nyaris terbenam, perut kurusnya belum diisi nasi dan lauk pauk. Jika sudah kelaparan, mbah Ami mengikat perutnya dengan selendang.

Disclaimer : Merawat Indonesia tidak mewakili dan tidak bertanggung jawab atas segala bentuk informasi pada halaman campaign ini, karena informasi di atas sepenuhnya milik campaigner (penggalang dana).
Belum ada doa sahabat baik, donasi sekarang dan jadilah orang pertama yang memberikan doa