Mbah sungkani, 71 tahun seret sepeda rusak demi jualan peyek

" Peyek..... peyek..... dibeli peyeknya..."  - Dari kejauhan, tampak seorang kakek renta mengayuh sepeda usang sambil meneriakkan dagangannya… 

Namanya Mbah Sungkani, usia 71 tahun. Setiap pagi, sebelum matahari sepenuhnya terbit, beliau sudah bersiap: memuat peyek di keranjang tua, lalu mengayuh sepeda usang sejauh 20 kilometer. Bukan untuk sekadar olahraga, tapi demi bisa makan hari ini.

Sepeda itu sudah reot, rantainya sering lepas, remnya nyaris tak berfungsi. Kadang harus ia dorong puluhan meter karena mogok di tengah jalan. Tapi tak ada pilihan lain. Mbah tetap melangkah, meski tubuhnya gemetar dan nafasnya kerap tersengal.

Tak peduli panas menyengat atau hujan turun, Mbah Sungkani terus berkeliling, berteriak pelan di tengah jalan yang sepi untuk menawarkan rempeyeknya.

Setiap lembar peyek itu dibuat oleh istrinya, Mbah Ngatimah, yang juga sudah tua. Tapi semua perjuangan itu Mbah lakukan bukan untuk jadi kaya, bukan untuk beli barang mewah, melainkan agar dapur mereka tetap mengepul, dan istrinya tak perlu ikut susah-susah lagi.

“Selama kaki ini masih kuat, Mbah akan terus berjualan. Biar bisa bahagiakan istri… walau cuma dengan sepiring nasi hangat,” ucapnya sambil mengusap keringat.

Tidak ada pensiun. Tidak ada istirahat. Hanya ada tanggung jawab, cinta, dan tekad baja seorang lelaki tua yang terus berjuang hingga sisa tenaganya habis.

#SahabatBaik, Mari bantu wujudkan sepeda yang layak untuk perjuangannya.
Patungan hari ini, bisa jadi pelipur lelah untuk hari-hari Mbah yang berat dengan cara : 

✨ Klik tombol "DONASI SEKARANG"

✨ Masukkan nominal donasi

✨ Pilih metode pembayaran:

Virtual Account (VA), Instant Wallet, Bank Transfer, QRIS, atau Kartu Kredit