Di pinggir jalan yang sepi, suara lembut terdengar lirih: “Kacang... kacang... dibeli kacangnya, Nak…”

Itulah suara Mbah Sumartun, 82 tahun, yang tiap hari memikul beban 10 kg kacang di punggungnya. Dengan langkah yang tertatih, ia berjalan sejauh 10 KM dari desa ke desa demi mencari nafkah.
Bukan karena ingin kaya, tapi hanya agar bisa makan dan bertahan hidup seorang diri.

Di usia senja yang seharusnya diisi dengan istirahat dan kasih sayang keluarga, Mbah Sumartun justru harus berjuang seorang diri.
10 tahun lalu, suaminya meninggal karena sakit asma. Setahun setelahnya, anak semata wayangnya juga dipanggil Tuhan. Sejak saat itu, Mbah hidup sebatang kara.
Satu cup kacang ia jual seharga Rp 5.000, dengan untung hanya Rp 1.000.
Namun itu tak membuatnya menyerah. Mbah tetap berjalan, tetap berdagang, dan tetap berharap.
Mbah ingin sekali bisa mempunyai gerobak untuk memudahkan dirinya berjualan kacang, namun apa daya hasil penjualan kacang masih belum cukup.
"Mbah pengen punya gerobak supaya ndak usah gendong kacang lagi. Badan Mbah udah capek."
Badan Mbah sudah lelah. Tapi semangatnya belum padam. Ia percaya Allah tidak tidur. Dan ia yakin, akan ada tangan-tangan baik yang membantunya di tengah kesunyian hidup.
#SahabatBaik, mari bantu wujudkan harapan kecil Mbah Sumartun, caranya mudah :
✨ Klik tombol "DONASI SEKARANG"
✨ Masukkan nominal donasi
✨ Pilih metode pembayaran:
Virtual Account (VA), Instant Wallet, Bank Transfer, QRIS, atau Kartu Kredit
Terima kasih, #SahabatBaik

Disclaimer : Merawat Indonesia tidak mewakili dan tidak bertanggung jawab atas segala bentuk informasi pada halaman campaign ini, karena informasi di atas sepenuhnya milik campaigner (penggalang dana).
Belum ada doa sahabat baik, donasi sekarang dan jadilah orang pertama yang memberikan doa