Kak, ponpes kami gak layak, setiap malam kami tidur beralaskan karpet sajadah. Yang paling kami takutkan, saat hujan angin, seperti akan roboh!
Mulanya, Pondok Pesantren Tahfidzul Qur'an Hibabul Ihsan didirikan dengan nama Pondok Pesantren Al Hijrah. Namun, karena nama tersebut sudah terpakai, maka digantilah menjadi nama yang sekarang. Lokasinya di daerah Marangkayu, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur

Sejarah Berdirinya Ponpes
Ponpes ini didirikan oleh sepasang suami istri yang berprofesi sebagai guru, Bapak Safrudin dan Bu Herna. Sehari-hari, mereka bekerja sampingan sebagai penjual ikan asin keliling, untuk menambah penghasilan.
Suatu hari dalam perjalanan sepulang menjual ikan, mereka mampir untuk melaksanakan shalat ashar di sebuah masjid, bernama Masjid Al Hijrah di KM 58 Perangat Baru.
Masjid itu terlihat lengang, tak ada suara adzan maupun jamaah yang beribadah di sana. Sekelibat, Pak Safrudin merasa sedih melihat rumah Allah yang begitu sepi. Begitu pun dengan hari-hari berikutnya, saat Pak Safrudin dan Bu Herna mampir, kondisi masjid selalu sepi.
Di halaman masjid itu ada bangunan tua bekas sekolah SD. Melihat bagunan tersebut, tercetuslah ide mendirikan pesantren di sana yang disambut oleh sang istri. Dari situlah, Ponpes Habibul Ihsan berdiri.

Tak terasa, kini Ponpes Habibul Ihsan sudah memiliki 25 santri yang latar belakangnya yatim dan dhuafa. Mereka begitu giat menuntut ilmu di jalan Allah, mulai dari mengaji, menghafal Al-Qur'an, dan mempelajari ilmu fiqih lainnya.
Sayangnya, kondisi bangunan tetap sama. Belum ada renovasi, sebab dana pribadi Pak Safrudin belum mencukupi.

Karena bangunan ini adalah bangunan lama, kondisinya hampir tak layak huni, terutama di asrama putri yang bangunannya sudah rapuh. Atap dan lantainya berlubang, sehingga saat hujan disertai angin, air masuk ke area tidur hingga menggenang, mengakibatkan peralatan tidur basah dan santriwati menjadi tidak tenang bila beristirahat di malam hari.
Kalau hujan angin, kami takut bangunannya roboh, Kak! Soalnya sering ada bunyi 'kretek kretek' seperti kayu mau patah!' - para santri bercerita.
Selain bocor, lubang di dinding dan atap menyebabkan hewan-hewan melata masuk ke area tidur. Banyak santri dan santriwati mengeluhkan gatal-gatal akibat gigitan serangga maupun binatang.

Untuk tidur pun, para santri tidak menggunakan alas apapun selain karpet sajadah. Terbayang saat malam, angin dingin menusuk tubuh mereka yang terbaring tanpa alas dan selimut...
Ponpes Habibul Ihsan juga tak memiliki MCK yang layak, untuk mendapatkan air, santri harus menimba dan menunggu secara bergantian.
Jika tak segera dilakukan renovasi, kemungkinan bangunan ponpes hanya bertahan 5 sampai 6 bulan ke depan. Setelah itu, entah bagaimana nasib santri yang belajar di sana, beberapa bahkan ada yang berasal dari daerah, butuh biaya besar untuk kembali ke kampung halaman.
Kalau bangunan rusak parah, mungkin anak-anak saya pulangkan dulu untuk sementara sampai bisa renovasi atau dapat bangunan baru - kata Pak Safrudin. Sebenarnya, sudah ada tanah yang diwakafkan untuk menjadi lokasi baru ponpes, namun, karena kendala biaya, pembangunan belum bisa dilaksanakan...
Sahabat mungkin ada sedikit rezeki santri dan santriwati Ponpes Habibul Ihsan yang dititipkan melalui kamu. Mari sedekah 20rb untuk bantu renovasi ponpes yatim dhuafa.
Disclaimer : Merawat Indonesia tidak mewakili dan tidak bertanggung jawab atas segala bentuk informasi pada halaman campaign ini, karena informasi di atas sepenuhnya milik campaigner (penggalang dana).
Belum ada doa sahabat baik, donasi sekarang dan jadilah orang pertama yang memberikan doa