Setiap pagi, Pak Riduwan menyeret langkah pelan menuju lampu merah.
Tubuhnya bergetar. Kaki kanannya lumpuh. Tangannya lemah. Tapi beliau tetap berdiri—menjual koran demi keluarga yang menunggu di rumah.

Meski tubuhnya diserang stroke, diabetes, liver, dan HB rendah, beliau tetap memaksakan diri untuk mencari nafkah.

"Kalau saya gak kerja, anak istri saya makan apa, Mas? Saya juga masih punya ibu yang sudah tua, yang harus saya nafkahi,"
ucap Pak Riduwan dengan mata berkaca-kaca. Ucapan itu keluar bukan untuk mengeluh, tapi untuk menunjukkan betapa berat beban yang ia pikul seorang diri.

Penghasilannya hanya sekitar Rp 2.000 per koran. Kadang tak laku sama sekali. Uang yang ia dapat lebih sering habis untuk biaya transportasi dari Mojokerto ke Surabaya, bukan untuk makan atau berobat. Di rumah, seorang anak menunggu anak yang butuh operasi karena kondisi hidung yang terus berdarah.

Pak Riduwan sering hampir tertabrak motor karena tak bisa cepat menepi. Tangannya yang lemah sering menjatuhkan koran. Jika terlalu lelah, beliau harus dirawat dan menerima transfusi darah. Tapi setiap kali pulih, ia kembali turun ke jalan. Karena kalau bukan dia, siapa lagi?

#SahabatBaik, mari bantu Pak Riduwan tetap bisa bertahan.
Bantu agar beliau bisa makan dengan layak, bisa berobat, dan agar anaknya bisa segera dioperasi.
Setiap bantuan, sekecil apapun, adalah harapan bagi beliau dan keluarganya.

Disclaimer : Merawat Indonesia tidak mewakili dan tidak bertanggung jawab atas segala bentuk informasi pada halaman campaign ini, karena informasi di atas sepenuhnya milik campaigner (penggalang dana).
Belum ada doa sahabat baik, donasi sekarang dan jadilah orang pertama yang memberikan doa