Di usianya yang sudah renta, semangat Mbah Agus untuk bertahan hidup masih tetap menyala, meski tubuhnya tak lagi sekuat dulu.

Setiap sore setelah salat Ashar, beliau berdiri di pinggir jalan membawa balon warna-warni berharap ada satu dua anak yang menghampiri.

Sejak istrinya meninggal empat tahun lalu, hidup Mbah Agus berubah total.
Beliau tinggal sendirian di rumah kecil peninggalan sang istri, rumah yang penuh kenangan dan menjadi satu-satunya tempat ia merasa tidak benar-benar sendirian.
Untuk mengisi balon dagangannya, Mbah Agus menggunakan cara sederhana yang sebenarnya berbahaya:
mengumpulkan sachet plastik bekas, membakarnya, lalu memasukkan asapnya ke balon dengan alat rakitan.
“Asapnya panas… tapi kalau nggak begini, saya nggak bisa jualan, Mas,” ucapnya lirih sambil tersenyum menahan perih.

Dulu, saat istrinya sakit, Mbah Agus meminjam uang untuk biaya pengobatan dan membuka usaha kecil di alun-alun.
Namun setelah ada penertiban pedagang, penghasilannya menurun drastis. Hutang menumpuk, sementara dagangan sering tak laku.
Kini, pilihan paling berat dalam hidupnya adalah menjual rumah tempat ia dan istrinya dulu membesarkan mimpi-mimpi kecil mereka.
Jika rumah itu terjual, beliau tidak tahu harus tinggal di mana lagi.
“Saya tua, Mas… tapi selama bisa berdiri, ya tetap jualan. Makan besok harus dicari,” katanya pelan.

Setiap balon yang ia bawa bukan hanya dagangan—itu harapan.
Setiap langkahnya di pinggir jalan adalah doa, agar hari itu cukup untuk membeli makan esok pagi.
Meski sering sendirian, meski anaknya jarang menjenguk, Mbah Agus tetap berusaha tersenyum kepada siapa saja yang lewat.
Di balik balon warna-warni yang tampak ceria, tersimpan kisah perjuangan yang sunyi.
Penghasilannya tak menentu, hutang menekan, dan rumah kenangan itu sebentar lagi bisa hilang dari genggamannya.
Namun Mbah Agus tidak pernah mengeluh. Baginya, selama masih bisa mencoba, ia akan terus berdiri.
#SahabatBaik, Mbah Agus mungkin hidup sendiri, namun ia tidak harus berjuang sendirian.
Mari bersama membantu beliau agar tetap memiliki rumah dan hidup lebih layak di usia senjanya. Sekecil apa pun bantuanmu, sangat berarti bagi harapan terakhir Mbah Agus.

Disclaimer : Merawat Indonesia tidak mewakili dan tidak bertanggung jawab atas segala bentuk informasi pada halaman campaign ini, karena informasi di atas sepenuhnya milik campaigner (penggalang dana).
Belum ada doa sahabat baik, donasi sekarang dan jadilah orang pertama yang memberikan doa