Di usia 72 tahun, ketika seharusnya beristirahat, Mbah Katijah justru menjalani hidup penuh ketakutan dan kelelahan.

Sejak suaminya meninggal, ia hidup berdua dengan anaknya, Mas Nur, yang mengalami gangguan jiwa. Tidak ada keluarga yang membantu. Tidak ada tempat bersandar selain doa.

Setiap hari, Mbah Katijah tetap memaksa tubuh rentanya bekerja sebagai buruh tani. Upahnya hanya Rp30.000 sehari sering kali tidak cukup untuk makan berdua. Sesekali, ia menjual ayam pemberian orang hanya agar mereka bisa bertahan satu-dua hari lagi.
Sementara itu, kondisi Mas Nur semakin berat.
Ia sering mengamuk, merusak barang, berteriak, dan berlari keluar rumah tanpa arah. Pernah hilang berjam-jam dan hampir celaka. Hidup Mbah penuh kecemasan setiap hari.
Karena tidak tahu harus berbuat apa lagi, Mbah Katijah akhirnya terpaksa mengunci anaknya di ruangan kecil agar tidak membahayakan diri sendiri.
Itu bukan pilihan mudah setiap kali memberi makan, ia hanya bisa menyelipkan piring dari celah pintu.
Sementara untuk dirinya sendiri, ia hanya makan seadanya: sayur dari kebun tetangga yang diberikan sebagai tambahan upah.
Rumah bantuan yang mereka tempati pun sudah rusak, gelap, dan tidak layak huni. Namun itulah satu-satunya tempat yang mereka punya.
Di tengah semua keterbatasan ini, Mbah Katijah hanya berharap diberi sedikit tenaga untuk bertahan hidup satu hari lagi.
#SahabatBaik, mari bantu Mbah Katijah agar bisa hidup lebih layak dan merawat Mas Nur dengan lebih aman.
Disclaimer : Merawat Indonesia tidak mewakili dan tidak bertanggung jawab atas segala bentuk informasi pada halaman campaign ini, karena informasi di atas sepenuhnya milik campaigner (penggalang dana).
Sahabat Baik
1 minggu yang laluSemoga sedikit membantu
Sahabat Baik
1 minggu yang laluBismillahirrahmanirrahim