Usianya sudah 80 tahun, namun semangat Mbah Painem untuk tetap bertahan hidup tak pernah padam.
Setiap hari, di bawah panas terik matahari, ia mendorong gerobak jamu keliling kampung berharap ada satu dua botol yang laku dibeli orang.
“Kadang kepikiran pengen nyusul Suami, Nak… tapi kok ya dosa,” ucapnya lirih sambil menahan isak, mengenang masa lalu yang kini tinggal kenangan.
Sejak suaminya meninggal, Mbah Painem hidup seorang diri di kamar kost kecil yang sudah rapuh dan jauh dari kata layak. Tak ada anak, tak ada keluarga yang menemani hari tuanya.
Penghasilannya hanya sekitar Rp30 ribu per hari itu pun harus cukup untuk makan dan membayar kost. Sering kali Mbah menahan lapar karena uangnya habis untuk kebutuhan lain. Meski lelah dan renta, ia tak pernah berpikir untuk berhenti.
Bagi Mbah Painem, selama masih bisa berjalan, ia akan tetap berjualan jamu. Ia tak ingin bergantung atau meminta-minta, meski hidupnya penuh kesunyian dan perjuangan.
#SahabatBaik, tubuh Mbah Painem tak lagi sekuat dulu. Mari bersama bantu Mbah agar bisa hidup lebih layak dan tenang di masa tuanya. Sekecil apa pun bantuanmu, sangat berarti bagi beliau.
Disclaimer : Merawat Indonesia tidak mewakili dan tidak bertanggung jawab atas segala bentuk informasi pada halaman campaign ini, karena informasi di atas sepenuhnya milik campaigner (penggalang dana).
Niken Ayu
1 hari yang laluSehat selalu mbah❣️
Sahabat Baik
1 hari yang lalusemoga tersampaikan dengan baik, dan menjadi berkah.
Hamba Allah
1 hari yang lalusehat2 ya mbahhh
Sahabat Baik
3 hari yang lalusehat selalu ya mbah