Sudah 2 tahun terakhir tumor di leher Mbah Cipto membesar. Suaranya hampir hilang, berbicara pun penuh rasa nyeri. Awalnya dikira hanya gondok biasa, namun hari demi hari benjolan itu makin membesar dan menyebar.

Meski sakit, Mbah Cipto masih berjualan topi di pinggir jalan. Satu topi hanya untung Rp3.000, sering pula ditawar terlalu rendah sampai beliau pulang tanpa sepeser pun. Jika dagangan sepi, Mbah hanya bisa duduk menunggu hingga larut, berharap ada pembeli terakhir yang mau menolongnya.

Meski sakit, Mbah Cipto masih berjualan topi di pinggir jalan. Satu topi hanya untung Rp3.000, sering pula ditawar terlalu rendah sampai beliau pulang tanpa sepeser pun. Jika dagangan sepi, Mbah hanya bisa duduk menunggu hingga larut, berharap ada pembeli terakhir yang mau menolongnya.

Tubuhnya renta, langkahnya tertatih, tapi Mbah tetap memaksakan diri. Sakit di leher makin parah, namun ia memilih berjuang demi bisa makan.

Di usia 73 tahun, seharusnya Mbah sudah bisa beristirahat dengan tenang. Tetapi kenyataan hidup memaksanya tetap bekerja, sendirian, tanpa pernah mengeluh atau membebani orang lain.

🤲 #SahabatBaik, mari bantu Mbah Cipto yang kini berjuang sendirian melawan sakit.
Donasi Anda bisa jadi kekuatan bagi beliau untuk bertahan hidup sekaligus mendapatkan biaya berobat.

Disclaimer : Merawat Indonesia tidak mewakili dan tidak bertanggung jawab atas segala bentuk informasi pada halaman campaign ini, karena informasi di atas sepenuhnya milik campaigner (penggalang dana).
Sahabat Baik
21 jam yang laluSemoga bermanfaat dan